create your own banner at mybannermaker.com!

Kamis, 30 Juni 2016

Kombinasi Hijau untuk hormati pemain Muslim di Timnas Jerman

Kombinasi Hijau untuk hormati pemain Muslim di Timnas Jerman

oleh Aven Januar

Dalam menyambut Euro 2016, Jerman yang disponsori Adidas mengeluarkan seragam kandang dengan warna tradisional timnas sebelumnya. Warna yang dipilih, putih sebagai dasar, dan hitam di bagian leher serta ujung lengan, dan sisi baju. Di samping itu terdapat logo juara Piala Dunia di bagian dada. Ditambah empat bintang, tanda empat gelar Piala Dunia di atas logo DFB.

Sementara itu, untuk jersey away, Jerman sedikit kontroversial. Mereka memakai warna yang cukup ‘menyakitkan mata’ sekilas. Di bagian depan, terdapat gegaris horizontal warna abu-abu dan hitam. Sementara bagian lengan diberi warna hijau, dengan ujung lengan berwarna hitam.

Kisah menarik adalah warna hijau di lengan, konon pihak DFB bermaksud menghormati 4 pemain beragama Islam yang berada di timnas Jerman di Euro 2016, yakni :

1. Emre Can – bek – Liverpool
2. Shkodran Mustafi – bek – Valencia
3. Sami Khedira – gelandang – Juventus
4. Mesut Ozil – gelandang – Arsenal

Serta penghormatan terhadap puluhan pemain muslim yang saat ini juga bermain di timnas Jerman di berbagai jenjang usia.

Pihak DFB juga mengikuti perkembangan isu rasialis yang sering terjadi di lapangan sepakbola. Sejak pertengahan 2014, DFB sepakat dan telah mensosialisasikan pada seluruh klub untuk bersama-sama memerangi isu rasialis di lapangan bola dalam bentuk apapun. Tidak sekedar hijau, kombinasi gegaris abu-abu dan hitam juga dalam maksud menghormati seluruh ras dan suku bangsa yang terlibat dalam kebersamaan di dunia sepakbola.

Kombinasi hijau ini adalah semangat DFB untuk bersama-sama membangun kebersamaan dalam lapangan bola termasuk diantaranya menghormati pemain muslim. DFB juga tak lupa saat Euro 2016 berlangsung pun berada di tengah bulan ramadhan.

Selasa, 28 Juni 2016

Catenaccio Ala Conte


Catenaccio Soccer ala Conte saat kontra Spanyol

oleh Aven Januar

Pertahanan rapat alias catenaccio jadi Salah satu faktor kemenangan Italia atas Spanyol pada laga perdelapan final Senin, 27 Juni 2016 lalu. Pertandingan yang disebut-sebut sebagai salah satu pertandingan terbaik di Euro 2016 sejauh ini hingga pertandingan perdelapan final. Berhasil membalikkan beragam prediksi sebelum pertandingan  dengan argumen bahwa gaya defensif Italia dan permainan berbasis penguasaan bola ala Spanyol akan membuat pertandingan ini membosankan.

Dalam game ini , Conte mengubah starting line up dikarenakan Antonio Candreva cedera dengan memainkan Mattia De Scigglio. Sementara pada tim yang berbeda Vicente Del Bosque memainkan susunan tim yang sana dalamnempat pertandingan beruntun. Memberi peluang pada Conte untuk menilik kelemahan yang dalam atas pertahanan Spanyol.

Conte berhasil redam pergerakan Iniesta dan Fabregas

Formula permainan Spanyol berbasis pada kreatifitas lini tengah mereka, dengan berpusat pada kreativitas Iniesta dan Fabregas. Berdua menjadi keeator untuk membuka pertahanan lawan dengan umpan-umpan pendek dan membuka ruang pergerakan yang cepat. Dibelakang mereka berdua, peran sentral dipegang Sergio Busquets persis di depan lini pertahanan adalah untuk mempertahankan alir bola dari belakang ke depan maupun sebaliknya. Serta berfungsi mempertahankan arah dan pola serangan Spanyol.

Setiap lawan yang dihadapi Spanyol, mengalami masalah yang pelik dalam mematikan ketiga pemain tersebut. Sehingga tampak bagi penggemar bola maupun pengamat memprediksi Spanyol menjadi salah satu tim unggulan dalam Piala Eropa tahun ini.

Akan tetapi Antonio Conte berhasil memperhatikan keunggulan Spanyol itu selama setahun belakangan. Yang mana Del Bosque termasuk jenis pelatih yang moderat terhadap pola permainan maupun pilihan pemain yang digunakan menjalankan skemanya. Alhasil, Italia berhasil menghentikan alur bola ke depan yang dilakukan oleh trio pemain tengah Spanyol itu. Busquets seakan sulit mendapatkan bola dan pergerakannya jarang terlihat apik seperti di pertandingan sebelumnya. Sementara Fabregas dan Iniesta hanya mampu mengalirkan bola ke samping tanpa bisa memberikan tusukan berarti ke tengah pertahanan Italia. Pada paruh waktu babak pertama, Ramos dan Pique mencoba mengubahnya dengan umpan-umpan jauh tapi itupun gagal, karena berhasil dihalau oleh pemain tengah Italia.

Italia sukses dengan Catenaccio modern

Trio pertahanan Italia, Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci, dan Girgio Chiellini berhasil tampil solid. Permainan pola bertahan Catenaccio tidak sekedar sistem defensif semata tapi Conte memodifikasi dengan sistem yang lebih terstruktur dan solid antar lini Italia. Trio pertahanan Italia benar - benar tenang saat berada dibawah tekanan dan mampu memberikan umpan-umpan yang terukur jauh kedepan atau bahkan nyaman untuk menddrible bola hingga ke garis tengah lawan. Disisi lain Spanyol sebagai Juara Bertahan justru gagal menampilkan permainan mental juara yang jauh lebih baik. Pemain tengah maupun belakang Spanyol pun sulit keluar dari tekanan dari serangan bertubi-tubi yang dilancarkan Italia. Kematangan seorang Iniesta pun mampu tereduksi oleh kecepatan gelandang mungil Italia, Giaccherini.

Pelle dan Eder

Hampir selama satu dekade ini, lini depan Italia dihuni oleh Penyerang Tengah yang glamor di kolong jagat, seperti Francesco Totti, Filippo Inzaghi, Alberto Gilardino hingga Alessandro Del Piero.
Saat ini, Italia hanya punya Graziano Pelle dan Eder, nama yang lumayan terkenal tapi belum mampu menggetarkan dada para tifosi Italia diseluruh dunia. Tetapi pola permainan direct pass ternyata sangat tepat dengan naluri menyerang mereka berdua. Pelle dan Eder selalu tepat pada in position untuk menerima bola dari belakang. Dalam game melawan Spanyol hanya belasan kali saja, mereka berdua Out Position dalam menerima bola. Alhasil, mereka berdua menciptakan 5 shot on target di babak pertama.
Conte memaksa dua sayapnya mampu berlari menyerang dari kedua sisi lapangan, baik  Mattia De Sciglo di kiri dan Florenzi di kanan. Kedua sayap itu harus bermain kreatif untuk menciptakan opsi penyerangan yang lebih lebar sehingga tidak bertemu dengan pertahanan Spanyol yang cenderung menyempit ditengah. Dan tentu melalui kedua sayap itulah , Pelle maupun Eder memiliki banyak peluang untuk menggedor pertahanan Spanyol.
Selain faktor sayap, Pelle dan Eder menjadi kedua belah yang saling menumpu, keduanya sangat solid dalam menciptakan peluang di depan. Pelle dalam satu fase waktu bisa memberikan umpan pada Eder dalam tujuh hingga sembilan kali kesempatan. Termasuk diantaranya umpan tumit yang brillian yang membuat Eder fight one on ne dengan David De Gea. Tetapi Spanyol memiliki kiper yang bermain luar biasa saat melawan Italia, De Gea on fire !sehingga brilliannya aksi Pelle dan Eder hanya mampu menciptakan dua gol saja. Andaikan De Gea tidak on fire malam itu, maka setidaknya ada 5 peluang on target Italia yang bisa dikonversi menjadi gol.
Pelle menjadi pemain terbaik dalam pertandingan ini. Pelle terus berlari dan terus menciptakan peluang. Dan sangat pantas akhirnya mendapat gol indah di akhir pertandingan.

Conte ciptakan total football ala Italia

Kekuatan terbesar dari tim Italia yang dibawa Conte adalah kemampuan mereka untuk bekerjasama dan bekerja satu sama lain. Conte sepanjang pertandingan berteriak hanya beberapa kata saja, yakni, "Bersatu, serangan bersatu, bertahan bersatu!".
Conte membuat timnya benar-benaf terlatih dengan baik. Mereka menyadari mereka bukan pemain bintang, tidak ada kata lain memaksa mereka bermain sebagai satu tim.

Lini Depan Spanyol kehilangan ruh

Sementara itu, lini depan Spanyol seperti kehilangan ruhnya di laga ini. Iniesta dan Fabregas sering mendapatkan bola tetapi gagal untuk memberikannya kepada trio lini depan La Roja; David Silva, Alvaro Morata, dan Nolito. Bahkan ketika mereka memasukkan Aritz Aduriz – yang, menurut Del Bosque, bisa menjadi target man untuk membuat Iniesta bisa bermain lebih dekat dengan gawang ,  Italia mampu menggagalkan taktik mereka. Spanyol tak mengganti formasi dan skema sejak awal permainan itu adalah bencana, karena Italia memiliki pelatih cerdas sekelas Conte.