create your own banner at mybannermaker.com!

Jumat, 18 September 2020

Syair Anak Mentari By Bung Aven

Anak Mentari
Bung Aven


Kenapa aku harus tertunduk dan tersipu ketika aku hanya terlahir dari keluarga di tepian kota

Yang justru banyak mengajarkan aku tentang bagaimana menegakkan kepala untuk tidak sombong

Yang banyak mengajarkan tentang menikmati indahnya keterbatasan

Yang mengajarkan aku bagaimana mengepalkan tinju keatas tanpa harus menantang keadaan

Banyak yang putih dan hitam datang menawarkan bantuan untuk ku melangkah.

Tapi kutolak dengan perlahan, kujawab dengan tegas

Jika mentari mampu memberikan sinarnya esok hari maka aku akan berdiri didepannya dan tetap hidup

Jika sang bulan masih setiap malam menyapaku dengan senyuman, kuhantarkan kepala ku untuk meneduhkan dalam belaiannya

Banyak yang bersedih hati untuk menangisi keadaan yang serba terbatas

Kuteriakan kepada mereka tentang apa yang harus mereka bangunkan

Tak ada satu pemerintah pun di dunia yang mau memikirkan kita

Tak ada satu pun pemimpin yang mau menanggungjawabi kesedihan di malam-malam mu

Tak ada satu pun, Ingat Itu !!!!

Biarkan hari ini dan esok, kita bertarung, ya bertarung seperti singa yang sedang lapar

Biarkan rasa lapar menjadi kan kita gagah layaknya bloody martini

Tapi ingat tetap Cerdiklah seperti Ular dan Tuluslah seperti Merpati

karena kita terlahir sebagai anak mentari yang dibanggakan oleh para kaum papa

Karena kita anak mentari !!! alam lah yang membelai mu, alam lah yang menjaga mu, alam lah yang mengajarkan mu……

Bung Aven

Rabu, 09 September 2020

KENAPA AKU HARUS MEMULAI DI ISTANA GEBANG?


Kenapa harus gebang? Kenapa aku harus memulai dari Gebang?  

Bagi sebagian besar kaum nasionalis di #Blitar,  istana gebang adalah simbol pergerakan.  

Ya,  di pertengahan 1960an ketika posisi bung karno sudah tertekan oleh kelompok nekolim. Berkumpullah sekitar 100an pemuda dari seluruh penjuru blitar berkumpul dihalaman istana gebang,  yang berada di Jl Sultan Agung sekarang.  Para pemuda itu hanya berpakaian apa adanya,  hampir semuanya adalah para petani kebanyakan.  Pakaiannya kumal,  dan kalopun ada yang memegang senjata hanyalah parang dan clurit.  Mereka berkeyakinan bahwa itulah saatnya melawan kelompok nekolim keblinger yang diserukan Bung Karno dipertengahan 1960an itu juga. 

Sosok perempuan penghuni rumah gebang tersebut yang waktu itu usia sekira 65 thnan kakak perempuan Bung Karno,  Bu Wardoyo begitu orang blitar memanggilnya berkata kepada para pemuda itu "Jika kalian semua masih percaya pada Karno,  simpanlah amarahmu,  dan berjagalah disini menunggu perintahnya," pelan tapi tetap bernada tegas.  

Sejak hari mereka berkumpul itu,  mereka semua menunggu perintah sambil berlatih ilmu kanuragan dan ilmu pencak silat.  Mereka percaya itu semua membuat mereka mampu melawan kelompok nekolim yang keblinger tadi.  Pada siang hari,  ilmu kanuragan dan ilmu pencak silat mereka diasah dibawah bimbingan bu Wardoyo yang konon juga memiliki ilmu kanuragan tinggi.  

Disaat malam hari,  mereka mendapatkan pencerahan ideologis langsung dari Bu Wardoyo - Kakak Kandung Bung Karno - yang waktu itu dikenal rajin mengumpulkan teks tulisan soekarno dari berbagai media lokal dan internasional maupun buku buku tulisan soekarno yang telah beredar.

Lebih dari 150 an hari mereka ditempa siang dan malam, mereka juga bergantian berjaga di area seluas kurang lebih 4 hektar itu,  sambil menunggu perintah dari Bung Besar yang tak kunjung datang.  

Hingga akhirnya di suatu hari yang cerah Bu Wardoyo berkata "tinggalah sekira 10 orang disini yang lain segeralah kembali ke desa masing-masing,  bawa bekal ilmu dari sini untuk menjaga desa kalian dari serangan kelompok nekolim keblinger itu," 

Atas seruan itu mereka pun kembali ke desa masing - masing dengan membawa bekal keyakinan bahwa suatu ketika Bung Besar akan membawa perintah kepada mereka. 

Demikianlah yang terjadi di Kota kecil kami blitar.  Cerita diatas saya rangkum dari beberapa sesepuh blitar,  ada beberapa yang sudah meninggal dan masih ada beberapa yang masih hidup.  Kebenaran cerita diatas bisa jadi benar adanya karena sejak saat itu sampai hari ini,  Blitar Raya dihuni ribuan dan puluhan ribu orang yang memahami ideologi marhaenisme ajaran soekarno. Dan mengenal dalam sosok Bung Besar itu. Mereka yang masih setia menunggu perintah melawan yang tak kunjung datang dari bung besar hingga akhir hayatnya mereka sendiri.  

Berbekal keyakinan itulah,  kenapa aku harus memulai dari Istana Gebang.  Sejarah besar pergerakan ideologis itu pernah dimulai disitu. Dan saatnya aku harus memulai dari situ juga.  

- aven januar -


Keterangan Tambahan :

Istana Gebang merupakan rumah keluarga Bung Karno yang berdiri diatas lahan seluas 1,8 hektar. Terdiri dari sebuah rumah induk dengan delapan bangunan rumah lain.

Banyak wisatawan luar Blitar yang tak tahu menahu dengan kediaman ini. Rumah tua ini yang berkaitan erat dengan Bung Karno karena menjadi tempat istirahat di masa kecilnya. Asal usul rumah ini berawalĂ‚ dari Sang Ayahanda Bung Karno yaitu R.Soekeni Sosrodihardjo yang dipindahkan tugaskan dari Mojokerto ke Blitar. Beliau menetapkan sebagai Guru Sekolah Guru Laki-Laki (Sekolah Jongens Normal) yang sekarang bernama SMAN 1 Blitar.


Istana Gebang
Jl. Sultan Agung No.59, Sananwetan, Kec. Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur 66137
(0342) 801126
https://goo.gl/maps/1YPSBBNrQpz84acf6